Aktivis Nanggung (Part 1)
Menjadi
mahasiswa di Indonesia bagi saya dikaitkan kepada dua hal, kutu buku atau aktivis. Hanya secara garis besar, dan diliat dari segi kesibukan kegiatan. Saya
teringat hampir sekitar satu tahun lalu saat ingin mendaftar menjadi panitia
POR Teknik sebagai bagian dari bidang badminton tentunya, dalam wawancara saya
ditanya
“kalo boleh tahu, sekarang ikut organisasi apa saja atau kepanitiaan apa saja?”.
Saya dengan sans menjawab, “saya di himpunan sebagai staff PSDM(Kaderisasi), di Rohis Jurusan sebagai staff Mentoring, lalu di UPK Badminton FT sebagai pengurus perlengkapan, lalu untuk kepanitiaan dekat ini saya sebagai ketua pelaksana PMB Teknik Geodesi”.
Lalu pewawancara bilang, “Wah Aktivis ya ternyata”.
Saya berpikir, “Masa sih?” Karena saya melihat beberapa teman saya banyak yang lebih canggih, ada yang ikut dua organisasi tingkat fakultas dan ikut dua juga yang tingkat jurusan, lalu ada yang ikut sampai total enam organisasi, dan sebagainya.
Jadi menurut saya, “Ah engga juga”. Tapi kalo dirasain, ya lumayan menyita waktu juga. Mungkin ini yang dinamakan Aktivis Nanggung.
“kalo boleh tahu, sekarang ikut organisasi apa saja atau kepanitiaan apa saja?”.
Saya dengan sans menjawab, “saya di himpunan sebagai staff PSDM(Kaderisasi), di Rohis Jurusan sebagai staff Mentoring, lalu di UPK Badminton FT sebagai pengurus perlengkapan, lalu untuk kepanitiaan dekat ini saya sebagai ketua pelaksana PMB Teknik Geodesi”.
Lalu pewawancara bilang, “Wah Aktivis ya ternyata”.
Saya berpikir, “Masa sih?” Karena saya melihat beberapa teman saya banyak yang lebih canggih, ada yang ikut dua organisasi tingkat fakultas dan ikut dua juga yang tingkat jurusan, lalu ada yang ikut sampai total enam organisasi, dan sebagainya.
Jadi menurut saya, “Ah engga juga”. Tapi kalo dirasain, ya lumayan menyita waktu juga. Mungkin ini yang dinamakan Aktivis Nanggung.
Beberapa
waktu lalu saya terikat dengan sebuah kepanitiaan tingkat fakultas, dan
sekarang tiba-tiba terikat lagi dengan acara lainnya, dan saya sedang berada di
Masjid Kampus(Maskam) untuk menunggu meja registrasi peserta acara tersebut. Sambil
menunggu peserta datang, saya menguping suatu
pembicaraan antara seorang mualaf yang jauh-jauh dari Makassar untuk ikut
kajian di Maskam,dan ternyata dia sedang berbicara dengan mas mantan ketua bem di
fakultas sebelah yang sebelumnya menjadi pembicara di acara yang mana saya
adalah LO masnya. Pembicaraan banyak yang bisa saya ambil hikmahnya,
diantara kalimat terbaik yang saya dapatkan dari percakapan tersebut adalah,
“saya ga peduli nanti pas wisuda berapa nilai saya, saya ga begitu mengharapkan untuk cumlaude, saya akan sangat bahagia apabila saat itu doa saya dikabulkan yaitu kedua orang tua saya dapat hidayah”, Mungkin kalo ga pas masnya wisuda, ya kapan pun itu semoga di ijabah oleh Allah.
Sebelumnya saya juga mendapat hikmah besar dari salah satu teman yang sakit secara tiba-tiba, dan Alhamdulillah sekarang sudah sehat dan sering ke kajian, semoga Allah menjaganya dalam ketaatan kepada-Nya. Namun, cerita yang satu itu tidak bisa saya ceritakan disini. Kembali ke Maskam, setelah itu masuk adzan maghrib, mas R (pria mualaf) solat disamping saya, pojok kiri depan, sebelumnya dia sempat menyapa setelah aku beri salam,
“wah kaka wangi sekali, sunnah ya pakai wewangian”, lalu saya menawarkan minyak wangi(bukan untuk jualan) kepadanya sambil kenalan dan sedikit ngobrol.
Setelah itu malamnya saya berangkat ke tempat acara yang berada di Ungaran (Puncaknya Semarang, biasanya orang Jakarta kan kenalnya Puncak itu ya Bogor XD).
“saya ga peduli nanti pas wisuda berapa nilai saya, saya ga begitu mengharapkan untuk cumlaude, saya akan sangat bahagia apabila saat itu doa saya dikabulkan yaitu kedua orang tua saya dapat hidayah”, Mungkin kalo ga pas masnya wisuda, ya kapan pun itu semoga di ijabah oleh Allah.
Sebelumnya saya juga mendapat hikmah besar dari salah satu teman yang sakit secara tiba-tiba, dan Alhamdulillah sekarang sudah sehat dan sering ke kajian, semoga Allah menjaganya dalam ketaatan kepada-Nya. Namun, cerita yang satu itu tidak bisa saya ceritakan disini. Kembali ke Maskam, setelah itu masuk adzan maghrib, mas R (pria mualaf) solat disamping saya, pojok kiri depan, sebelumnya dia sempat menyapa setelah aku beri salam,
“wah kaka wangi sekali, sunnah ya pakai wewangian”, lalu saya menawarkan minyak wangi(bukan untuk jualan) kepadanya sambil kenalan dan sedikit ngobrol.
Setelah itu malamnya saya berangkat ke tempat acara yang berada di Ungaran (Puncaknya Semarang, biasanya orang Jakarta kan kenalnya Puncak itu ya Bogor XD).
Satu
pekan setelah acara tersebut, UTS pun dimulai, sabuk pengaman mulai
dikencangkan. Kopi dan kawan-kawannya disiapkan untuk tempur. Qadarullah, saat
masuk hari pertama UTS saya merasa kurang enak badan, lemas dan mual saat
makan. Di hari kedua dan ketiga UTS saya tidak ikut dan kehilangan 4 Mata
kuliah di UTS. Sampai sekarang setelah berjuang kesana kemari saya masih belum
tahu bagaimana, iya bagaimana ya. Kembali ada hikmah dibalik ini, saya jadi
sering ke ruang dosen dan Kepala Departemen, lebih sering nampang wajah. Bukan itu
sih niatnya, ya untuk belajar komunikasi juga. Dan secara tidak terasa, ada
tiga laporan praktikum yang tertumpuk, dan satu laporan tugas besar. Saat telah masuk perkuliahan setelah UTS, di
matkul Kerangka Vertikal, saya makin sadar bahwa saya sebenarnya kuliah untuk
mempelajari apa XD. Ya gitulah. 4 matkul. hmm. wkwkwk sans lah.
Meski
sekarang tidak melanjutkan karir di Himpunan, dan mendapat amanah di tempat
lain, nyatanya masih tetap sama. Sering bertanya “kapan saya belajar?” disaat
harus membagi waktu antara kuliah, organisasi, belajar diluar kuliah, tugas, mencari
uang tambahan, dan sebagainya. Ya…. Alhamdulillah. Di semester ini banyak
pelajaran yang bisa di ambil, sangat banyak. Sebenarnya masih banyak cerita, cuma
ya kurang enak diceritain disini, dan masih dikejar laporan dan deadline
lainnya. Saatnya kembali ke kehidupan nyata XD. Semoga bisa diambil hikmahnya
dari curhatan saya diatas.
Bonus :
![]() |
Bonus Foto sama Aktivis beneran. |
Dery!!! Lama nggak baca tulisan lu Der, dan dan sekarang udah jadi mahasiswa aktivis gondrong hahaha. Gua juga baru merasakan kesibukkan kegiatan yang bikin gua jadi males kuliah. Kadang juga suka mikir kaya gua kuliah semester ini kok kayaknya ilmunya nggak ada yang masuk otak ya hahaha. Gimana mau masuk otak, masuk kuliah aja cuma 3 kali dari 10 pertemuan hahahha ��
BalasHapus